Waduk Prijetan di Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Kamis (7/8), tampak kering kerontang dan tanah di dasar waduk merekah. Waduk berkapasitas normal sekitar 9 juta meter kubik itu biasa digunakan untuk mengairi ribuan hektar sawah di sekitarnya. Saat ini, sejumlah petani memanfaatkan lahan di dalam waduk untuk ditanami palawija.
Minggu, 30 November 2008 | 15:54 WIB
Laporan wartawan Kompas Imam Prihadiyoko
CEPU, MINGGU - Menteri Kehutanan MS Kaban mengingatkan kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia memang memprihatinkan. Di Pulau Jawa, luas daratan dibanding hutan tinggal 19 persen saja.
"Padahal, idealnya luas minimal luas kawasan hutan itu 30 persen. Angka 19 persen ini, kalau tidak digenjot dengan usaha menanam, maka kekeringan dan kebanjiranlah yang didapat," ujarnya dihadapan massa pengajian Majelis Tafsir Al Quran di Cepu, Minggu (30/11).
"Kerusakan waduk, bukan hanya di Gajah Mungkur yang mengalami pendangkalan sebagai akibat menumpuknya lumpur. Bayangkan, waduk yang harusnya bertahan 100 tahun, sekarang sudah ada pendangkalan yang cukup parah," ujarnya.
Pendangkalan ini, menurut Kaban, juga disebabkan oleh area tangkapan airnya hilang. Hilangnya karena penjarahan, dan tidak ada penanaman kembali. "Itu sebabnya, saya sering mengajak berbagai pihak untuk menanam, dan terus menanam agar hutan kita banyak lagi," ujarnya.
Imam Prihadiyoko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar