Dua juta orang diperkirakan membanjiri Afrika Selatan saat negara pertama di Benua Afrika itu menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010, yang akan berlangsung sebulan penuh mulai 11 Juni mendatang. Tetapi, bukan cuma orang, negara itu juga akan dibanjiri limbah plastik yang ”diangkut” tim-tim berkostum Nike dan pendukung setianya.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah penyelenggaraan Piala Dunia, tema ramah lingkungan akan menjadi salah satu isu pokok yang diusung sejumlah negara peserta. Ya, dipimpin pasukan penuh bintang Brasil yang sudah mengoleksi lima gelar juara dunia, beserta delapan negara lain, mereka akan menggunakan kostum yang 100 persen terbuat dari bahan polyester daur ulang.
Selain Brasil, tim Belanda, Portugal, Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, Serbia, dan Slovenia akan memakai kostum yang bahan dasarnya adalah limbah botol plastik. Menurut klaim Nike, satu kostum yang akan dipakai Cristiano Ronaldo atau Alexandre Pato di Afrika Selatan kelak, terbuat dari delapan botol plastik seukuran botol air mineral kapasitas 600 mililiter.
Untuk memasok kebutuhan sembilan tim pada Piala Dunia 2010 Afsel, serta kebutuhan replika kostum yang bakal menjadi atribut utama suporternya, sebanyak 13 juta botol plastik telah ”disulap” menjadi bahan kostum sepak bola paling inovatif selama ini. Botol-botol plastik yang dikumpulkan dari pemasok di Jepang dan Taiwan itu jika dikumpulkan sanggup menutupi 29 lapangan sepak bola, dan jika dibaringkan berjejer, panjangnya akan setara dengan 3.000 kilometer atau lebih panjang dari seluruh garis pantai Afrika Selatan.
Menurut Creative Director Football Nike Phil Dickinson, kostum dari generasi terakhir teknologi dri-fit itu dirancang tidak hanya untuk sedap dipandang dan memberikan manfaat penambahan kinerja pemain, tetapi juga sangat bersahabat dengan lingkungan karena membantu bumi dari polusi limbah plastik yang tidak bisa diurai tanah.
”Botol plastik terbuat dari bahan dasar polyethylene dan polypropylene. Dengan teknologi penguraian kimia bahan itu kemudian diubah menjadi serat polyester,” ujarnya.
”Tentu saja selain faktor kenyamanan, sisi keamanan juga menjadi fokus dalam perancangan kostum. Yang pasti, bahan kostum ini sudah lulus standar industri Eropa,” lanjut Dickinson.
Nike mengklaim, kostum teknologi dri-fit terbaru ini sangat nyaman dalam pemakaian di iklim dengan kelembaban cukup tinggi seperti di Afsel. Menurut Dickinson, teknologi perajutan dri-fit generasi baru ini memungkinkan badan pemakainya tetap sejuk karena bahan polyester-nya dirancang tidak menyerap keringat, melainkan mengalirkan keringat ke luar melalui pori-pori, kemudian membuatnya menguap dengan cepat.
”Dengan kostum yang relatif tetap kering, suhu badan pemain dijaga tetap optimum sehingga mampu mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya,” ujar Dickinson pada peluncuran kostum ramah lingkungan ini di London, Inggris, Kamis (25/2), yang dihadiri Kompas.
Meraba produk apparel canggih Nike ini, memang sulit dipercaya bahwa bahan dasarnya adalah polyester daur ulang botol plastik. Jika polyester biasa terkesan kasar karena memang dirancang untuk mengurangi dampak kusut pada kain, polyester daur ulang Nike ini lembut, ringan, dan sejuk.
Sejuk karena kostum ini dirancang dengan zona-zona ventilasi yang memungkinkan udara mengalir. Zona ventilasi udara terdiri dari ratusan lubang mikro ( lazer cut holes) dan ditempatkan di kedua sisi bawah ketiak hingga ke pinggul.
Bagi Nike, inovasinya pada apparel memang menjadi bagian penting dalam strategi mempertahankan pangsa pasarnya di industri olahraga. Sampai dengan kuarter keempat 2009, Nike masih teratas dalam penjualan dan masih unggul atas Adidas yang merupakan seteru abadi di industri apparel olahraga.
Rivalitas antara Nike dan Adidas dalam industri apparel dan perlengkapan olahraga menjadi warna paling dominan dalam dua dekade terakhir. Nike sangat mapan di cabang atletik dan bola basket, sementara Adidas unggul di cabang sepak bola. Jika di Afsel mendatang Nike mensponsori sembilan negara, kostum Adidas akan dipakai 12 negara, seperti Argentina, Spanyol, Afsel, dan tentu saja Jerman.
Adidas juga menjadi sponsor resmi Piala Dunia dan memasok semua peralatan ofisial FIFA, termasuk kostum wasit dan hakim garis, serta bola resmi.
Persaingan dua merek kelas dunia ini juga diwarnai dengan strategi akuisisi merek lain untuk memperluas penetrasi pasar. Nike membeli Umbro pada 2007 untuk memboyong Inggris dalam line-up apparel-nya. Sementara Nike sudah menandatangani kontrak dengan Perancis mulai tahun 2011. Sebelumnya, pasukan ”Les Bleus” Perancis berkostum Adidas.
Di luar peserta Piala Dunia 2010, Nike juga mensponsori sejumlah negara, termasuk Indonesia. Namun, karena Indonesia selalu hanya menjadi penonton dalam gelaran sport paling agung itu, kebanggaan yang bisa diberikan Nike hanya pada tempat produksi. Tengoklah kostum Brasil terbaru itu. Di bagian kerahnya tertulis: ”Made in Indonesia”, ”Fabrique en Indonesie”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar