Jumat, 26 Maret 2010

BERKAH LAIN TEKNOLOGI SEL SURYA

 Teknologi Solar Cell dimanfaatkan oleh warga Banyumeneng, Pangang, Gunungkidul untuk mengangkat air bagi 200 KK di wilayah tersebut yang kesulitan air bersih di musim kemarau. Teknologi itu diinisiasi oleh mahasiswa KKN UGM.

WARGA masyarakat di Banyumeneng, Giriharjo, Panggang, Gunung kidul kini tak kuatir lagi saat menghadapi musim kemarau. Kebutuhan air bersih, bisa tercukupi dengan biaya murah, dengan pemanfaaatan sistem pengangkatan air dengan tenaga matahari (solar cell).


Berkat bantuan pemanfaatan teknologi terbarukan, yang di inisiasi, oleh sejumlah mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UGM, teknologi pemanfaatan air yang terpasang mampu mencukupi kemampuan air bagi 118 kepala keluarga atau 200 jiwa lebih. Paku Alam IX, Wakil Gubernur DI Yogyakarta yang meresmikan pengoperasian teknologi matahari menyatakan seiring beroperasinya teknologi tenaga matahari, kedepan bisa meningkatkan kesejahteraan warga. Mereka tak perlu lagi memberi air, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan tak perlu lagi menghabiskan banyak waktu untuk mengambil air dari sumber air yang berjarak berkilometer dari rumah mereka dari tahun-tahun sebelumnya. “Waktu produktif, bisa berkarya dan kegiatan lain. Mereka juga bisa berkreativitas guna meningkatkan kesejahtraan,” kata Paku Alam IX, Kamis, (25/3)

Terciptanya teknologi yang berguna bagi masyarakat tersebut bermula dari kreatifitas mahasiswa UGM dan berkerjasama dengan Curtin University Australia. Kerjasama ide teknologi tersebut mampu menjadi juara satu dalam lomba Mondialogo Engineering Aword (MEA) tahun 2007 mendapat dana hibah 20.000 euro atau senilai Rp. 250 juta.

Berbekal dana hibah itu, upaya sosialisasi dilakukan kemasyarakat agar sampai kepembangunan infrastruktur dan pelatihan warga untuk melakukan pengelolaan secara mandiri dan berkelanjutan. Melalui instrument KKN, program tersebut dijalankan dan mulai uji coba tiga bulan silam.  Ada sebanyak 12 panel surya mampu menghasilkan tenaga 1.200 watt dan langsung mengerakan pompa yang dipasang dari sumber air Banyumeneng.

Air kemudian diangkat ke reservoir utama setinggi 88 meter, mengunakan pipa 1.600 meter.  Air kemudian dialirkan keenam bak penampung (reservoir) lain dengan memanfaatkan teknologi gravitasi air untuk mencukupi kebutuhan 52 Kepala Keluarga (KK). ”Debit yang dihasilkan rata-rata 7.800 liter tiap hari. Tiap kepala keluarga membayar Rp 15.000 per-bulan selama pembangunan distribusi air, selebihnya penglolaan kita serahkan ke warga,” kata Bayu Buana Natanegara, Ketua Komunitas Mahasiswa Sentra Energi (Kamase), Teknik Fisika UGM.

Sukiran, Kepala Dusun Banyumeneng Sukiran menjelaskan dengan terbentuknya Organisasi Pengelola Air Kaligede (OPAKg) masyarakat memang berhimpun dalam pengelolaan instalasi tenaga surya yang terpasang. Termasuk memastikan pendistribusian, dan keberlanjutan operasionalisasi alat yang terpasang.

Masyarakat memang diminta iuran, dan uang yang terkumpul dimanfaatkan untuk perawatan sarana prasarana, seperti untuk penggantian keran yang rusak ataupun penggantian pipa yang bocor.

Kusmiyarto (46) warga setempat menyatakan rasa senangnya atas hadirnya teknologi pengangkatan air bersih yang jadi kebutuhan selama musim kemarau. Sebelumnya untuk memperoleh air bersih ia harus berjalan sejauh 2 kilometer untuk mengambil air di Kaligede. Menggunakan dua jerigen bekas minyak goreng, biasanya mengangkat air dilakukan seusai pulang dari ladang di sore hari.

”Kalau tidak ambil air, warga biasanya membeli air Rp. 125.000 per 5000 liter dari PDAM. Harus antri untuk dapat giliran air, kini kita bisa berlanganan air bersih dengan Rp. 15.000 tiap bulan, uangnya kita kelola secara swadaya,” kata Kusmiarto.
(Much Fatchurochman)

Sumber:
Jurnal nasional
26 maret 2010

Tidak ada komentar: