Jumat, 15 Mei 2009

Temu Kangen Alumni STTL "YLH" Yogyakarta Semua Angkatan

Assalamu'alaikum Wr Wb

Kawan – kawan yang saya Hormati,

Sudah lama rasanya saya secara pribadi untuk lebih mempererat tali persaudaraan kita serta untuk memperkokoh Almamater STTL “YLH” YK, yang selama ini mungkin didalam pribadi kita masing – masing secara tidak langsung kita lupa akan hal itu.

Temu Kangen Alumni STTL “YLH” YK ini, tentu belumlah sepenuhnya di ikuti oleh kawan-kawan yang lain karena kesibukan dan sebagainya, namun tidak mengurangi rasa Hormat saya secara pribadi untuk menyampaikan rencana yang Mulia serta sekaligus saya memohon dukungan dari kawan-kawan yang berdomisili di Jakarta dan sekitar untuk ikut serta dalam acara tersebut.
 
Untuk itu, mohon ada masukkan dari kawan-kawan semua mengenai lokasi, agar dapat dijadikan sebagai Representative sehingga dari masukkan ini nantinya kita bisa memilih satu lokasi yang pasti.
 
Rencana tentative acara ini di usahakan dalam Bulan2 ini
 
Best Regard,
 
 
Multazam
Support Expt.Mgr. Env.Bisnis Unit
Ventura Building,4th Floor 406
PT Mitra Lingkungan Dutaconsult – Subsidiary D.H.V Neterhland
JL. R.A. Kartini No.26 (Outer Ring Road)
Phone : 021-7504610
Person email : multazam0690@yahoo.com
Contac Person : 085718975099
 
  

Deklarasai Kelautan Manado Disepakati 75 Negara

 
Kekayaan spesies terumbu karang, ikan, dan biota laut lainnya tampak berlimpah di Perairan Alor, Nusa Tenggara Timur, pada Mei 2007. Segitiga Terumbu Karang yang disebut juga sebagai "Amazon of the Seas" mencakup wilayah perairan tengah dan timur Indonesia, Timor Leste, Filipina, Sabah-Malaysia, Papua Niugini, dan Kepulauan Salomon diperkirakan dihuni sekitar 3.000 spesies ikan.
 
Kamis, 14 Mei 2009 | 18:20 WIB
MANADO, KOMPAS.com — Deklarasi Kelautan Manado (Manado Ocean Declaration) disepakati dalam Konferensi Kelautan Dunia (World Ocean Conference/WOC) di Manado, Kamis. Deklarasi ini diadopsi 75 negara yang mengirimkan delegasi ke konferensi laut pertama di dunia itu.
"Semua sepakat, semua yang hadir mengadopsi," kata Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan Gellwyn Yusuf seusai pertemuan tingkat tinggi WOC di Grand Kawanua Convention Center, Manado.
Negara yang mengadopsi deklarasi itu antara lain Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, Somalia, Suriname, Pakistan, Grenada, Amerika Serikat, Republik Korea, Perancis, India, China, Kamboja, Angola, Filipina, dan Namibia.
Ketua Pertemuan Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting/SOM) WOC Eddy Pratomo mengatakan, kesepakatan dalam deklarasi ini selanjutnya diharapkan bisa memengaruhi pembahasan global mengenai perubahan iklim, dan menjadikan dimensi laut sebagai arus utama di dalamnya.
"Ini adalah bentuk komitmen politik yang jelas terkait dengan peran perubahan iklim terhadap laut dan sebaliknya. Para menteri dan delegasi juga telah menunjukkan keinginan mereka untuk membangun kemitraan dalam perlindungan laut," katanya, saat menutup pertemuan.
Eddy yakin kesepakatan yang tertuang dalam Deklarasi Kelautan Manado selanjutnya akan menyatukan tujuan negara-negara peserta konferensi untuk menjadikan laut sebagai arus utama dalam setiap pembahasan dan negosiasi terkait perubahan iklim.
Namun, kata dia, kesepakatan yang dihasilkan dalam WOC baru merupakan langkah awal yang harus diikuti dengan tindak lanjut, sebelum benar-benar direalisasikan dan memberikan manfaat bagi semua, khususnya daerah kepulauan di negara-negara berkembang.
Menurut anggota delegasi dari China, Shang Zhen, deklarasi tersebut harus diikuti dengan lebih banyak kerja sama riset ilmiah untuk merumuskan strategi adaptasi yang tepat dalam rangka mengurangi dampak perubahan iklim terhadap laut dan sebaliknya.
Tentang mekanisme pendanaan dalam upaya adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim terhadap laut dan sebaliknya, Zhen mengatakan, selanjutnya harus ada kejelasan tentang apa saja yang bisa dicakup oleh pendanaan, dan apa yang bisa dijual untuk itu.
Ia mengatakan, implementasi deklarasi ini masih bergantung pada pertemuan para pihak dalam United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC di Kopenhagen, Denmark, Desember mendatang.
Penekanan pada Konservasi
Deklarasi Kelautan Manado terdiri atas 14 paragraf pembuka inti dan 21 poin kesepakatan operatif. Isi deklarasi antara lain berupa komitmen negara-negara peserta untuk melakukan konservasi laut jangka panjang, menerapkan manajemen pengelolaan sumber daya laut dan daerah pantai dengan pendekatan ekosistem, serta memperkuat kemitraan global untuk pembangunan berwawasan lingkungan.
Mereka juga menyepakati perlunya strategi nasional untuk pengelolaan ekosistem laut dan kawasan pantai serta penerapan pengelolaan laut dan daerah pantai secara terpadu.
Kesepakatan untuk bekerja sama dalam riset kelautan serta pertukaran informasi terkait hubungan perubahan iklim dan laut juga masuk dalam deklarasi yang dibahas sejak 11 Mei hingga 14 Mei itu.
Meski tidak dijelaskan secara rinci, tetapi deklarasi juga menitikberatkan perlunya penerapan kebijakan terpadu yang ramah lingkungan dalam pengelolaan laut dan daerah pantai dengan memperhatikan kehidupan masyarakat yang paling rentan, yakni mereka yang hidup di pesisir atau pantai.
Deklarasi juga menekankan kebutuhan dukungan finansial dan insentif untuk membantu negara-negara berkembang mewujudkan lingkungan yang baik bagi komunitas yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim, serta mengundang negara-negara dalam UNFCCC untuk mempertimbangkan dan memasukkan proposal proyek adaptasi perubahan iklim di laut ke dalam Adaptation Fund Board.
Pertukaran teknologi untuk pengurangan dampak perubahan iklim terhadap laut dan sebaliknya juga ditekankan, tetapi belum ada penjelasan mengenai mekanisme transfer teknologi yang dimaksud.
Mereka yang menyepakati deklarasi juga menyatakan akan melanjutkan kerja sama pada tingkat nasional dan regional, serta selanjutnya membangun area perlindungan laut.
Mereka juga mendorong upaya Sekretaris Jenderal PBB untuk memfasilitasi kerja sama dan koordinasi terkait masalah ini dalam sistem PBB, serta mengharapkan hasil efektif dari pertemuan para pihak (Conference of Parties/COP) UNFCCC ke-15 di Kopenhagen, Denmark, pada Desember mendatang.

WAH
Sumber : Antara

Kesepakatan Manado Dibawa ke New York dan Kopenhagen

 
Jejak keberadaan koloni terumbu karang yang telah mati menjadi karakter unik kawasan tepi pantai yang berkarang di Pantai Pasir Putih, Desa Sukahujan, Malingping, Lebak, Banten, Senin (7/4). Kawasan pantai karang merupakan ekosistem yang sanggup beradaptasi dengan kondisi alam yang ekstrem, seperti pasang surut laut, gelombang tinggi, perubahan cuaca ekstrem, juga salinitas air laut yang berubah-ubah.
 
Kamis, 14 Mei 2009 | 18:26 WIB
MANADO, KOMPAS.com — Deklarasi Kelautan Manado atau Manado Ocean Declaration (MOD) yang disepakati 75 negara peserta Konferensi Kelautan Dunia atau World Ocean Conference (WOC) di Manado, Kamis (14/5), baru merupakan langkah awal dalam upaya pengarusutamaan isu laut dalam pembahasan dan adaptasi perubahan iklim.
"Ini maksimal yang dicapai, kita senang akhirnya semua yang disarankan bisa masuk ke dalam deklarasi. Tapi ini baru langkah awal, masih banyak yang harus dilakukan setelah ini," kata Ketua Pertemuan Pejabat Tinggi atau Senior Official Meeting (SOM) WOC Eddy Pratomo.
Namun, kata dia, saat ini sudah ada peta jalan yang jelas untuk menerjemahkan isi deklarasi ke dalam strategi dan kebijakan yang jelas sehingga selanjutnya bisa diterapkan dan memberikan manfaat bagi negara-negara di dunia, khususnya negara-negara kepulauan yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim.
"Bulan Juni nanti akan dibahas dalam dua seri pertemuan soal kelautan di New York. Sebagai negara yang punya inisiatif mengenai hal ini, Indonesia bisa menyampaikan apa yang sudah disepakati dalam WOC," katanya.
Deklarasi yang intinya berisi kesepakatan mengenai konservasi laut jangka panjang, transfer teknologi, dan kebutuhan pendanaan untuk adaptasi perubahan iklim di laut tersebut, dia mengatakan, selanjutnya akan disampaikan dalam Pertemuan Para Pihak atau Conference of Parties (COP) UNFCCC ke-15 di Kopenhagen, Denmark, bulan Desember mendatang.
"Kita juga sudah mengundang negara-negara pihak di UNFCCC untuk mempertimbangkan pengembangan dan pengajuan proposal proyek adaptasi perubahan iklim dalam pengelolaan laut ke Adaptation Fund Board," katanya.
Direktur Jenderal Perjanjian Internasional Departemen Luar Negeri Arif Hafaz Oegroseno menambahkan bahwa selanjutnya deklarasi itu akan dimasukkan ke dalam sistem PBB sehingga isu laut dan perubahan iklim bisa masuk ke dalam setiap pembahasan dan upaya adaptasi terhadap perubahan iklim yang dilakukan badan-badan di bawah PBB, seperti WHO, ILO, UNCLOS, dan yang lainnya.

WAH
Sumber : Antara