Sabtu, 08 November 2008

Biodiesel dari Jelantah

Kamis, 27 November 2008 | 19:17 WIB
JAKARTA, JUMAT-  Jangan buang sembarangan jelantah alias minyak goreng bekas di rumah Anda. Selain bisa mencemari lingkungan, jelantah masih bisa bernilai ekonomis jika diolah menjadi biodiesel.
Menurut Kepala Laboratorium Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi (BRSDT) Ir. Imam Paryanto, bahkan minyak jelantah yang sudah bercampur bahan-bahan lain seperti tanah maupun air sekali pun masih bisa diolah.
"Kami juga mempunyai filter yang siap menyaring kotoran, dari yang besar sampai yang terkecil," kata Imam di sela-sela acara sosialisasi pemanfaatan minyak goreng bekas, Kamis (27/11). Acara sosialisasi yang diselenggarakan di kantor BRSDT di kawasan Serpong, Tangerang.
Dijelaskan Imam, bila dibuang sembarangan, minyak goreng bekas dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, karena akan mengakibatkan ikan dan habitat air lainnya mati. Sedangkan kalau jelantah diknsumsi manusia bisa berisiko kanker maupun stroke.
Pada tahap riset, BRSDT melibatkan siswa-siswa SD di Serpong, Cisauk, Pamulang, Setu, dan Pondok Aren. Para siswa itu diminta mengumpulkan minyak goreng bekasi di rumahnya. Hasilnya, selama bulan April sampai November ini terkumpul 2.075 liter jelantah.
BRSDT membeli jelantah itu dengan harga Rp 3.000 per liter jika petugas BRSDT harus mengambil ke sekolah. Sedangkan jika jelantah diantar langsung ke BRSDT, harganya Rp 4.000 per liter.
Kepada para peserta sosialisasi, Imam berharap mereka bisa menerapkan teknologi pengolahan jelantah menjadi biodiesel yang teknologinya sangat sederhana itu. Atau, mereka bisa mengumpulkan jelantah dari masyarakat untuk dijual kepada BRSDT sebagai bahan baku.
Teknologi sederhana
Selanjutnya, BRSDT mengolah jelantah itu menjadi biodiesel dengan mesin yang sangat sederhana.
Sebelum diolah, jelantah dimasukkan dulu ke dalam filter atau tempat penyaringan. "Ada dua filter yang kami gunakan. Satu berupa filter biasa, satu lagi filter press yang mampu menyaring kotoran berukuran kecil sekali," ujar Imam.
Setelah melewati proses penyaringan, minyak lantas dipompa menuju tangki penyimpanan. Baru setelah mengendap beberapa saat, minyak dialirkan menuju reaktor untuk direaksikan dengan metanol dan katalis (NaOH). "Waktu pencampuran kurang lebih 30 menit," lanjutnya.
Sebelum menjadi biodiesel, bahan dari minyak goreng bekas dicuci dengan air panas bersuhu minimal 70 derajat celcius sebanyak dua kali. "Hal itu untuk melarutkan sisa metanol yang tidak bereaksi dalam proses pencampuran. Setelah itu, biodiesel dikeringkan dalam vacum selama setengah jam, sebelum dapat digunakan," jelas Imam.
Selesai pengeringan, baru dapat dihasilkan produk biodesel. Dengan komposisi 90 persen biodiesel, 10 persen sisanya berupa gliserol. Dimana gliserol diolah lagi oleh BRDST menjadi sabun cair. 


C11-08
http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/27/1917405/biodiesel.dari.jelantah 

Tidak ada komentar: